Rabu, 31 Oktober 2012

berakhirnya hegemoni NAZI di eropa

Dwight Eisenhower memberi briefing kepada pasukan sekutu pada D-Day di Normandia
D-Day (bahasa Indonesia: Hari-H) adalah istilah militer dalam bahasa Inggris yang digunakan sebagai hari dimana penyerangan atau operasi militer dimulai. Istilah D-Day digunakan karena hari yang dimaksud belum diketahui atau masih dirahasiakan. Saat ini D-Day yang paling terkenal dalam sejarah adalah tanggal 6 Juni 1944—tanggal dimulainya Pertempuran Normandia, dimana tentara Sekutu berencana untuk membebaskan Eropa dari kekuasaan Nazi Jerman selama Perang Dunia II. Invasi Normandia, yang nama kodenya adalah Operasi Overlord, adalah sebuah operasi pendaratan yang dilakukan oleh pasukan Sekutu saat Perang Dunia II, pada tanggal 6 Juni 1944. Dan sampai sekarang merupakan invasi laut paling besar dalam sejarah, dengan hampir tiga juta tentara menyeberangi Selat Inggris dari Inggris ke Perancis yang diduduki oleh tentara Nazi Jerman.
Mayoritas satuan tempur pada serangan ini adalah pasukan Amerika Serikat, Britania Raya, dan Kanada. Pasukan Kemerdekaan Perancis dan pasukan Polandia ikut bertempur setelah fase pendaratan, selain itu, pasukan dari Belgia, Cekoslovakia, Yunani, Belanda, dan Norwegia juga turut serta. Invasi Normandia dibuka dengan pendaratan parasut dan glider pada dini hari, serangan udara dan artileri laut, dan pendaratan amfibi di pagi hari pada 6 Juni. Pertempuran untuk menguasai Normandia berlanjut selama lebih dari dua bulan, dengan kampanye untuk menembus garis pertahanan Jerman dan menyebar dari pantai yang sudah dikuasai Sekutu. Invasi ini berakhir dengan dibebaskannya Paris, dan jatuhnya kantong Falaise pada akhir Agustus 1944.
Persiapan Sekutu
Setelah invasi Jerman terhadap Uni Soviet (Operasi Barbarossa), pihak Soviet lah yang melakukan mayoritas pertempuran menghadapi Jerman di Eropa. Presiden AS, Franklin D. Roosevelt dan Perdana Menteri Inggris, Winston Churchill pada tahun 1942 menyatakan bahwa Amerika Serikat dan Britania Raya siap membuka “front kedua” di Eropa untuk membantu Uni Soviet menghadapi Jerman, pernyataan ini dinyatakan lagi pada musim semi tahun 1943.
Britania Raya, dibawah Winston Churchill, ingin menghindari serangan langsung seperti pada Perang Dunia I yang pasti akan menyebabkan banyak korban. Mereka juga lebih menyukai menggunakan taktik terselubung dengan membantu para pemberontak yang diduduki Jerman, lalu melakukan serangan dari Mediterania, ke Wina, lalu memasuki Jerman dari selatan. Cara seperti ini juga dianggap dapat membatasi masuknya Soviet ke Eropa.
Amerika Serikat menganggap bahwa cara paling optimal adalah serangan langsung dari markas Sekutu yang paling dekat dan besar. Mereka sangat menginginkan metode ini, dan menyatakan bahwa hanya cara inilah yang akan mereka dukung dalam jangka panjang. Dua proposal awal direncanakan: Operasi Sledgehammer, merupakan invasi untuk tahun 1942 dan Operasi Roundup, yaitu invasi lebih besar pada tahun 1943. Proposal yang ke-2 diterima, lalu diganti namanya menjadi Operasi Overlord dan ditunda sampai 1944.
Sekitar 6.900 kendaraan laut, termasuk 4.100 kendaraan pendarat, digunakan untuk invasi yang dipimpin oleh Admiral Bertram Ramsay. 12.000 pesawat terbang, termasuk 1.000 pesawat pembawa penerjun payung berada dibawah Marsekal Udara Trafford Leigh-Mallory. 10.000 ton bom akan dijatuhkan ke pertahanan Jerman, dan pesawat-pesawat ini akan melakukan 14.000 misi serangan.
Peralatan Khusus
Untuk melancarkan jalannya invasi ini, Sekutu mengembangkan banyak peralatan khusus. Mayor-Jenderal Percy Hobart ditugaskan untuk memimpin pengembangan kendaraan lapis baja khusus. Kendaraan-kendaraan ini dijuluki Hobarts Funnies, antara lain tank yang bisa berenang Sherman Duplex Drive, tank pembersih ranjau, tank pembuat jembatan, tank pembuat jalanan, dan tank khusus untuk menghancurkan gedung beton. Pengetesan kendaraan-kendaraan ini dilakukan di Kirkham Priory di Yorkshire, Inggris.
Selain kendaraan lapis baja, dibuat juga dua pelabuhan buatan Mulberry Harbour agar bisa mendatangkan persediaan secara cepat, ditambah dengan tidak adanya pelabuhan laut dalam di lokasi pendaratan. Untuk mengirimkan bahan bakar dari Inggris, Sekutu menjalankan Operasi PLUTO (Pipe Line Under The Ocean), yaitu jalur pipa bawah laut.
Persiapan Jerman
Pada tahun 1942 dan 1943, Jerman menganggap bahwa kemungkinan serangan Sekutu dari barat sangat kecil. Persiapan menghadapi invasi hanya berupa pembangunan fortifikasi yang melindungi pelabuhan-pelabuhan utama oleh Organisasi Todt. Pada akhir 1943, berkumpulnya kekuatan Sekutu di Inggris menyebabkan Komandan Bagian Barat Jerman, Field Marshal Gerd von Rundstedt, untuk meminta tambahan pasukan. Pasukan yang dimiliki sebelumnya hanya merupakan formasi statik saja, tanpa alat-alat transportasi dan peralatan dukungan. Selain itu pasukan itu terdiri dari tentara yang tidak sempurna secara fisik (misalnya orang-orang yang kehilangan jarinya oleh dinginnya Front Timur), atau merupakan wajib militer Polandia dan negara non-Jerman lainnya.
Selain tambahan pasukan, von Rundstedt mendapatkan anak buah baru, Field Marshal Erwin Rommel. Rommel awalnya hanya ditugaskan untuk memeriksa Tembok Atlantik, namun kemudian meminta untuk diberi tugas memimpin pasukan pertahanan Perancis utara, Belgia, dan Belanda. Permintaan ini dipenuhi dan pasukan yang dipimpinnya digabungkan dalam Grup B Angkatan Darat pada Februari 1944.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar